Jumat, 23 Oktober 2009

Melihat Ulang Tahun Tanjab Barat ke-44


Melihat Ulang Tahun Tanjab Barat ke-44
Pengangguran Turun, Ekonomi dan Kesehatan Meningkat

KUALATUNGKAL - Hari ini Senin (10/8) Kabupaten Tanjungjabung Barat telah memasuki usia ke-44. Diusianya yang hampir memasuki setengah abad tersebut Kabupaten yang memiliki semboyan Serengkuh Dayung Serentak ke Tujuan ini terus melakukan percepatan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat. Apa saja yang telah dicapai?

Kabupaten Tanjungjabung Barat resmi memisahkan diri dari Tingkat II Kabupaten Batanghari pada tanggal 10 Agustus 1965. Untuk itu pada tanggal 10 Agustus setiap tahunnya menjadi peringatan terbentuknya Kabupaten Tanjungjabung Barat.

Daerah yang kaya akan potensi kelautan dan sumber daya alam ini dikukuhkan melalui undang-undang nomor 7 tahun 1965 .

Bupati Tanjab Barat, Dr Ir H Safrial, MS mengatakan, pada usia yang ke-44 ini Kabupaten Tanjab Barat telah berhasil melakukan perubahan-perubahan, tentu perubahan tersebut mengarah pada kondisi yang semakin baik .


Perubahan tersebut dimulai dari proses dibentuknya Kabupaten Tanjab Barat menjadi daerah tingkat II tersendiri yang terlepas dari daerah tingkat II Kabupaten Batanghari pada tanggal 10 Agustus 1965.

Seiring dengan dengan perubahan paradigma pemerintah daerah dan semangat otonomi daerah serta dinamika perkembangan pembangunan di Provinsi Jambi.

Maka melalui undang-undang nomor 54 tahun 1999 tentang pemekaran wilayah kabupaten di Provinsi Jambi. Maka kabupaten Tanjungjabung Barat berubah menjadi nama Kabupaten Tanjungjabung Barat dengan ibukota Kualatungkal dan kabupaten hasil pemekaran yaitu Kabupaten Tanjungjabung timur dengan ibukota Muarasabak.

Pada awalnya kabupaten Tanjab Barat secara administasi terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Merlung, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Pengabuan dan Kecamatan Betara serta Kecamatan Pengabuan dan lima kecamatan tersebut telah dimekarkan dengan landasan perda nomor 8 tahun 2008 tentang pembentukan kecamatan Tebing tinggi, Batang Asam, Renah Mendaluh ,Muarapapalik,Seberang Kota, Kuala Betara dan Senyerang.

Secara garis besar berdasarkan rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Tanjab Barat tahun 2006-2011. Ada enam agenda pembangunan antara lain agenda untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas ,untuk mewujudkan sumberdaya yang berkualitas, mewujudkan peningkatan yang berkualitas dan jangkauan infrastruktur dasar, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengentasan kemiskinan , penciptaan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan dan mewujudkan tatanan sosial yang berakhlak mulai tenteram dan pemberdayaan masyarakat.

Jika kita perhaikan perkembangan pertumbuhan angka IPM Kabupaten Kabupaten Tanjungjabung Barat sampai dengan tahun 2008, maka akan terlihat adanya trend atau kecenderungan yang meningkat setiap tahunnya.

Pada periode tahun 2005-2006, IPM Kabupaten Tanjungjabung Barat mengalami peningkatan sebesar 0,40 poin, yaitu dari 70,7 menjadi 71,1, selanjutnya periode tahun 2006-2008 meningkat sebesar 0,34 poin, yaitu dari 71,1 menjadi 71,44, sehingga pada tahun 2008 ini berada pada angka 71,44.

Peningkatan angka indeks pembangunan manusia (IPM) sangat dipengaruhi oleh adanya kontribusi dari masing-masing indikator pembentukan angka indeks pembangunan manusia diantaranya adalah indeks kesehatan masyarakat kabupaten Tanjungjabung Barat.

Pada tahun 2008, angka harapan hidup (AHH) kabupaten Tanjungjabung Barat juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari rata-rata usia harapan hidup 68,9 tahun pada tahun 2007 menjadi 70 tahun di tahun 2008.

Selain itu, angka pengangguran terbuka dari usia angkatan kerja mengalami penurunan, dari sebesar 2.651 orang tahun 2007 turun menjadi sebesar 2.452 orang di tahun 2008. Penurunan angka pengangguran terbuka tersebut antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah kesempatan kerja menurut lapangan usaha yang ada, baik pada sektor primer, sekunder maupun sektor tersier.

Tolok ukur kinerja pembangunan di kabupaten Tanjungjabung Barat yang ditunjukkan oleh indikator kinerja ekonomi makro melalui angka PDRB (product domestic regional bruto) kabupaten Tanjungjabung Barat.

Berdasarkan perhitungan sementara yang dilakukan oleh badan pusat statistik kabupaten Tanjungjabung Barat terhadap nilai tambah kumulatif PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 yang lalu terjadi peningkatan sebesar 6,59 persen, yaitu dari Rp 3,69 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 3,93 triliun di tahun 2008. Terjadinya peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku ini, memberikan implikasi positif terhadap peningkatan pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku, yaitu, dari sebesar Rp 16,07 juta ditahun 2007 menjadi Rp 18,6 juta pada tahun 2008 atau naik sebesar 16,11 persen.

Jika dilihat dari struktur perekonomian di kabupaten Tanjungjabung Barat pada tahun 2007 tiga sektor terbesar pembentuk PDRB didominasi oleh sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 29,24 persen, sektor pertanian sebesar 21,40 persen serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,05 persen, sedangkan pada tahun 2008, urutan tiga sektor terbesar pembentuk PDRB kabupaten Tanjungjabung Barat masih didominasi oleh sektor-sektor yang sama seperti pada tahun 2007, hanya saja sektor-sektor tersebut mengalami penurunan kontribusi di dalam pembentukan PDRB, sehingga di tahun 2008 sektor industri pengolahan kontribusinya turun menjadi sebesar 28,91 persen, sektor pertanian menjadi sebesar 22,10 persen serta sektor pertambangan dan penggalian menjadi sebesar 18,89 persen.

Terjadinya peningkatan investasi ini seiring dengan kondisi laju pertumbuhan ekonomi regional yang terus mengalami pertumbuhan yang positif.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa iklim investasi di kabupaten Tanjungjabung Barat cukup menjanjikan bagi para pemodal untuk menanamkan investasinya.

Perbaikan kondisi makro ekonomi daerah ini relatif kurang berpengaruh tehadap kondisi real masyarakat, hal ini terlihat dari jumlah penduduk miskin di kabupaten Tanjungjabung Barat yang masih mengalami tekanan, dimana menurut data sementara dari badan pusat statistik kabupaten Tanjungjabung Barat jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan, dari 12,49 persen pada tahun 2007 menjadi 12,79 persen pada tahun 2008 atau naik sebesar 0,3 persen.

Keterpurukan kondisi masyarakat ini lebih merupakan pengaruh kondisi global yang memburuk. Namun demikian, pemerintah kabupaten Tanjungjabung Barat terus berupaya untuk mengurangi tekanan ekonomi khususnya bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu, melalui. Perumusan kebijakan-kebijakan yang memiliki pengaruh langsung terhadap perekonomian masyarakat, diantaranya adalah penyediaan paket-paket pekerjaan fisik yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat melalui pola padat karya, meningkatkan bantuan pembangunan bagi pedesaan baik melalui alokasi dana desa, maupun bantuan pembangunan desa.

Selain itu, upaya yang dilakukan untuk pengentasan kemiskinan ini, adalah dengan meningkatkan fasilitasi pembinaan dan penguatan peran koperasi usaha kecil dan menengah. Dalam perkembangannya, saat ini terjadi penambahan jumlah koperasi sebanyak 8 unit, dari 304 unit pada tahun 2007, menjadi 312 unit pada tahun 2008, dengan jumlah anggota sebanyak 35.045 orang dan volume usaha sebesar Rp 59,7 miliar.

Sementara itu jumlah usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada tahun 2008 sebanyak 3.231 unit atau mengalami peningkatan sebesar 22,81 persen dibandingkan tahun 2007, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3.458 orang, atau meningkat sebesar 20,40 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007.

Sebagai implementasi dan akselerasi dibidang peningkatan pembangunan prasarana jalan, pemerintah kabupaten Tanjungjabung barat telah melakukan pembangunan prasarana jalan dengan rincian sebagai berikut : jalan aspal sepanjang 389.298 km; perkerasan (kerikil/koral) 476.430 km; pembuatan jalan baru (tanah) 643.478 km; dan jalan lingkungan/beton sepanjang 73.541 km, sedangkan kondisi jalan pada tahun 2007, jalan aspal sepanjang 360.078 km; perkerasan (kerikil/koral) 467.730 km; jalan baru (tanah) 611.263 km; dan jalan lingkungan/beton sepanjang 48.833 km.

Selain itu, untuk meningkatkan prudiktivitas pertanian, pemerintah juga telah melakukan perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang menunjang aktivitas pertanian di kabupaten Tanjungjabung Barat, diantaranya adalah pembangunan irigasi, perbaikan saluran-saluran primer dan skunder, pencetakan sawah baru.

Pembangunan infrastruktur lainnya yang juga menjadi prioritas pembangunan kabupaten Tanjungjabung Barat adalah pembangunan infrastruktur air bersih. Pembangunan air bersih bagi masyarakat memiliki nilai yang sangat strategis, sebab sampai sekarang kita masih belum mampu untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat.

Untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, maka pemerintah kabupaten Tanjungjabung Barat pada tahun 2009 ini, berdasarkan keppres nomor : 80 tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah, menetapkan pola pembangunan air bersih melalui metoda kontrak tahun jamak.

"Saya berharap tahun 2010 permasalahan air bersih bagi kabupaten tanjung jabung barat, khususnya bagi kota Kualatungkal sudah dapat diatasi. Untuk itu, saya mohon dukungan dari seluruh masyarakat kabupaten Tanjungjabung Barat, terutama dukungannya," pinta bupati.

Selain kebutuhan air bersih, Kabupaten Tanjungjabung Barat juga masih belum mampu memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat secara keseluruhan.

Secara fungsional, pemenuhan kebutuhan listrik ini merupkan tanggungjawab dari PT PLN Namun demikian, bukan berarti peran dari pemerintah daerah tidak diperlukan lagi. Oleh karena itulah, pemerintah Kabupaten Tanjungjabung Barat terus berupaya untuk membantu melakukan percepatan pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memfasilitasi pembangunan PLTG 2 yang berada di tebing tinggi.

Program ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat yang saat ini belum dapat menikmati aliran listrik. Mudah-mudahan, pembangunan PLTG 2 akan dapat segera direalisasikan.

- Jambi Independent 10 agustus 2009 -



Baca Selengkapnya.... - Melihat Ulang Tahun Tanjab Barat ke-44

Safrial Ngaku Sudah Siap Tempur

Safrial Ngaku Sudah Siap Tempur
Daftar ke PPP

JAMBI - Bupati Safrial menegaskan kesiapannya untuk bertarung di Pilgub. Orang nomor satu di Kabupaten Tanjab Barat ini mengaku, siap berhadapan dengan siapapun pesaing yang muncul.

"Saya siap tempur, siapapun lawan kita," ujarnya ditemui usai mendaftar mengikuti seleksi cagub PPP di Posko DPW PPP, kemarin.

Safrial datang ke posko DPW PPP didampingi ketua tim suksesnya, Lukman Djafrie dan sejumlah orang dekatnya sekitar pukul 10.30 WIB.

Bupati Safrial belakangan mulai ramai diisukan bakal maju berpasangan dengan Bupati Zulfikar Achmad, menggunakan perahu PDIP yang diprediksi berkoalisi dengan PPP.

Dimintai tanggapannya, Safrial menegaskan bahwa wacana tersebut bisa saja terjadi. "Asalkan pak Zulfikar mau menjadi nomor dua. Saat ini saya katakan, saya maju untuk nomor satu," jelasnya.

Dia mengakui, untuk figur pendamping dirinya akan mencari figur dari wilayah barat. "Secara teori harus dari barat (pendamping). Kita ingin kebersamaan kedepannya," sebutnya.

Safrial juga mengaku optimis bisa mendapatkan perahu PDIP, itu mengingat dirinya merupakan satu-satunya kader militan PDIP yang mendaftarkan diri mengikuti seleksi cagub partai moncong putih itu. "Mudah-mudahan bisa dapat," katanya.

Dia juga optimis atas perahu PPP yang makin gencar diwacanakan bakal bergabung dengan PDIP. "Mudah-mudahan," tandasnya.
Jambi Ekspres

Baca Selengkapnya.... - Safrial Ngaku Sudah Siap Tempur

Karang Taruna Gelar Parade Musik

Karang Taruna Gelar Parade Musik

Radar Tanjab
enin, 19 Oktober 2009 - 20:26:36 WIB

MERLUNG - Seni merupakan sudah menjadi sebuah hiburan yang layak untuk dipertontonkan. Seni musik pada saat ini banyak digemari oleh kaula muda, hampir menjadi sebuah tradisi dan malah sudah menjadi income/pendapatan seseorang dgn kepintaran mereka dalam bermain musik.

Baru-baru ini organisasi Karang Taruna "Keong Mas" Merlung mengadakan kegiatan Parade Musik, demi merespon keinginan pemuda yang dilandasi dengan kepercayaan, bahwa semakin banyak kegiatan pemuda, maka tingkat pola fikir pemuda kearah penghancur diri seperti Narkoba akan semakin berkurang.

Ketua Investigasi Karang Taruna "Keong Mas" Merlung, Aprizal menjelaskan,
bahwa pemuda dan pemudi yang punya naluri positif adalah generasi muda yang kreatif dan kondusif.

"Seperti kita ketahui inilah kali pertama parade musik diadakan di Desa Merlung, dilaksanakan di gedung serba guna Minggu lalu. Terima kasih kepada Disporabudpar Tanjungjabung Barat yang telah merespon dan sudah mau membantu kegiatan kami dengan meminjamkan seperangkat alat band, "ucap Ketua Karang Taruna "Keong Mas" Merlung, Muhammad Balyani mengakhiri wawancara dengan Radar Tanjab. (cw4)


Baca Selengkapnya.... - Karang Taruna Gelar Parade Musik

Jumat, 17 Juli 2009

Puskesmas Rawat Inap Segera Beroperasi

sumber: http;//www.infojambi.com
Ditulis oleh can
Kamis, 09 Juli 2009 21:48


KUALATUNGKAL – Pemkab Tanjab Barat terus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satunya membangun sarana puskemas rawat inap di Kecamatan Merlung. Salah satu tujuannya adalah memberikan pelayanan pertama kepada korban kecelakaan.

Bupati Tanjab Barat Safrial MS mengatakan, puskemas itu mulai dibangun. "Mudah-mudahan dengan adanya puskesmas tersebut nanti dapat menjadi tempat yang berguna dan dimanfaatkan para pasien yang membutuhkan," ucapnya.

Pembangunan puskesmas akan mengacu pada standar pembangunan tempat kesehatan yang baik dan berkualitas. Dalam pembangunan lanjutan, puskesmas akan memiliki beberapa kamar rawat inap. "Nanti seperti rumah sakitlah, dapat menginap di sana dan ada dokter juga,” jelasnya.

Pembangunan pusat kesehatan masyarakat berbentuk rawat inap dengan fasilitas representatif memang perlu diwujudkan. Hal itu mengingat keberadaan puskesmas rawat inap masih minim, khususnya di Kecamatan Merlung.

Bupati mengatakan, puskesmas rawat inap sengaja dibangun di pinggir jalan lintas agar memudahkan warga mendapatkan pelayanan kesehatan. "Sangat strategis sekali. Keberadaan puskesmas pasti sangat diperlukan karena berada di jalan lintas," ucapnya.

Bila pembangunan ruang rawat inap tambahan selesai tahun ini, segera digunakan. Peralatan dan perlengkapan medis yang akan digunakan untuk puskesmas rawat inap tersebut juga telah disiapkan. "Kamarnya masih kurang dan kita masih melakukan penambahan lagi, makanya masih dilakukan pembangunan. Bila sudah selesai, secepatnya akan digunakan," tegasnya.(can)




Baca Selengkapnya.... - Puskesmas Rawat Inap Segera Beroperasi

Selasa, 14 Juli 2009

Ternyata Merlung Dikenal Seni Tempanya

Saya sangat terkejut ketika saya mencari berita - berita seputar Merlung, saat itu ketika saya googling ketemu artikel yang terdapat kata merlung di situs Gong majalah Seni Budaya .
setelah saya baca artikel tersebut saya baru tau kalau merlung dikenal sampai keluar dengan seni tempanya. mau lebih tau baca artikel di bawah ini terutama yang bertuliskan warna merah.

sumber:
  • Gong majalah Seni Budaya

  • Artikel ini :
  • Surutnya pembuatan keris tak sebatas oleh pola pewarisan yang tertutup. Ini tak luput dari datangnya kapitalisme



  • Jagat Mpu 1930

    Oleh: Galih Prasojo

    Surutnya pembuatan keris tak sebatas oleh pola pewarisan yang tertutup. Ini tak luput dari datangnya kapitalisme.

    Menurut perspektif Barat, pembuatan senjata khususnya pada orang-orang Timur—dengan porsi utama segi estetika—adalah salah satu pemenuhan kebutuhan manusia, yaitu pamer. Sungguh sebuah pandangan yang ganjil.
    Pembuatan senjata (keris) memakan proses panjang dan teknik-teknik khusus. Selain itu, keris juga mengandung makna-makna filosofis nan simbolis dari setiap lekuknya. Dalam banyak kebudayaan di Nusantara, ia dianggap bagian integral dari pemiliknya, misalnya bagi orang-orang Bugis, Makasar Bima, keris dianggap sebagai pengganti dari rusuk sebelah kiri yang hilang (demikian catat J.F Dingemans dalam tulisannya mengenai seni pembuatan pamor di Soerabaiasch Handelsblad, 8 juli 1904).

    Pamor
    Jika dirunut ke belakang, teknik pembuatan keris masuk ke Nusantara melalui India pada masa Hindu. Ditilik dari sisi histotikal, seni pembuatan senjata ini berasal dari persia yang dibawa ke India lalu masuk ke Asia Timur termasuk wilayah Nusantara. Yang paling mencolok adalah pada pamor—kata pamor yang berarti campuran, besi campuran dan diambil dari suku kata wor yang artinya mencampur. Yaitu penempaan plat baja dan logam dengan kandungan nikel secara bersamaan hingga melebur.




    Pada lapis permukaan, lapisan nikel itu menjadi tak tampak. Senjata tersebut kemudian diasamkan dengan asam arsenik sehingga bahan-bahan logam selain nikel akan rusak meninggalkan lapisan nikel yang akan membentuk kontur atau relief yang timbul pada senjata tersebut. Keris di Nusantara dibuat dengan teknik yang sama, tapi menggunakan bahan logam dengan kandungan nikel yang lebih sedikit. Dari nikel yang yang membentuk relief itulah muncul pamor dari keris seperti yang kita kenal sekarang ini.
    Ketika teknik tersebut memunculkan pamor dengan motif-motif yang berbeda, maka para mpu pembuat keris kemudian melakukan pengerjaan pamor secara rahasia. Dalam perkembangannya, pamor kemudian dirancang sesuai dengan motif pamor yang akan dimunculkan. Tergantung dari penghitungan komposisi dan teknik penempaan yang berbeda pula dari setiap jenis pamor. Karena tingkat kesulitan inilah pamor akhirnya menjadi sebuah identitas bagi para Mpu.

    Dalam lingkup yang lebih luas, keris dengan pamor-nya—yang merupakan pembeda keris dengan senjata lainnya—menjadi identitas budaya bernilai seni dan filosofi yang tinggi sehingga menjelma penanda suatu kebudayaan yang adiluhung.

    Persinggungan Religi
    Dalam kepercayaan masyarakat Jawa terdapat 5 hal yang menjadi pegangan yaitu: Turangga (kuda), Wanita (perempuan), Curiga (senjata), Wisma (rumah) dan Kukila (burung perkutut). Kesemua hal tersebut mewakili prinsip hidup yang menjadi pegangan dalam budaya Jawa.
    Keris—dalam konsep curiga—dipandang mempunyai suatu daya mistis yang lebih besar dari pada jenis senjata yang lain, sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula. Keris dan senjata lain keramat lainnya atau sebagai pusaka harus dibersihkan (jamasan) setiap periode tertentu dengan upacara-upacara yang khusus pula. Senjata keramat tersebut dianggap mempunyai suatu daya magis, mempunyai roh yang dapat mempengaruhi kehidupan sang pemilik dan bahkan lingkungan sosial di lingkup kekuatan benda keramat tersebut.

    Hampir tiap keris sebagai senjata keramat mempunyai kesejarahannya masing-masing. Legenda Si Ginje , dua buah keris yang dijadikan sebagai pengikat perjanjian hubungan antara Mataram dan Kesultanan Jambi. Di masa itu, Kesultanan Jambi harus memberi upeti kepada Mataram. Keris Si Ginje harus terbuat dari besi yang bersumber dari sembilan benda dan tempat yang berbeda yang namanya harus diawali huruf P. Besi, bahan untuk keris harus dari mencuri dan pada saat pembuatannya hanya boleh ditempa setiap Jum’at pertama (majalah untuk bahasa India, negeri dan Volkenk, bagian XLVIII).

    G.A.J. Hazeu dalam tulisannya tentang legenda keris mencatat tentang Kyai Tjondong, salah satu pusaka kerajaan Majapahit yang setiap malam keluar sendiri dari sarungnya untuk meminum darah manusia. Sampai pada akhirnya perbuatan keris tersebut diketahui oleh tiga keris pusaka lainnya. Atas titah Raja, para mpu kemudian dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, keris tersebut menyatu dengan lintang kemukus (bintang berekor). Dalam kepercayaan Jawa munculnya lintang kemukus adalah tanda akan terjadinya pageblug (bencana).

    Lalu tentang keris Mpu Gandring, ditulis oleh J. Brandes, yang merupakan cikal bakal hegemoni keris sebagai suatu legitimasi atas sebuah kekuasaan. Keris yang digunakan Ken Arok (pendiri Singosari) untuk membunuh Akuwu Tunggul Ametung dari Tumapel dan merebut istrinya (Ken Dedes). Diawali kejadian Ken arok saat melihat pancaran sinar dari yoni Ken Dedes sebagai pertanda bahwa Ken Dedes bakal menurunkan raja-raja di Jawa. Dari sini terlihat bahwa keris berperanan penting dalam pembentukan falsafah dan kepercayaan Jawa yang pada era Majapahit menguasai hamper seluruh wilayah di Nusantara sehingga falsafah ini kemudian menyebar pula di berbagai wilayah Nusantara lainnya.

    Sepeninggal Mpu
    Pada perkembangannya, seni membuat keris kian berkurang sebab para Mpu kebanyakan tidak mewariskan ilmunya. Di Yogyakarta dan Solo, sebenarnya masih terdapat beberapa Mpu yang ahli dalam membuat keris, tapi mereka hanya membuat keris hanya ketika raja atau bangsawan yang memesannya. Di Madura, empo (mpu) juga telah punah. Mpu terakhir di sana adalah Mpu Bratama dari Sumenep yang meninggal sekitar 50 tahun yang lalu (dihitung dari tahun 1930an).
    Para
    bupati sebelum masa itu banyak yang mempunyai pandai besi maupun mpu yang dikhususkan untuk membuat keris yang akan dipersembahkan pada raja. Tapi akhirnya, mereka beralih profesi menjadi pembuat perkakas di bidang pertanian sebab dibutuhkan banyak orang dan pembuatannya pun cenderung lebih praktis.
    Di Magetan Jawa Timur, terdapat mpu terakhir yang terkenal yakni empu Kyai Guna dengan ciri khas mempunyai banyak garis dalam pamornya. Di Madiun, masih terdapat mpu yang dapat memperbaiki pamor, tepatnya dari Desa Batoe di wilayah Tjaruban, tapi sebagaimana di Yogyakarta dan Solo, ia bergantung pesanan. Demikian juga yang terjadi di Jawa Tengah, kantong-kantong pembuat keris seperti Tegal, Pemalang, dan Banyumas, perlahan memunah.

    Begitupun di luar Jawa. Berbagai kemunduran merupakan hal yang menggejala, antara lain di daerah Tulangbawang (kala itu berada di residen lampung). Di Jambi gejala ini melanda di dusun Merlung (bagian wilayah Tungkal) yang terkenal dengan seni tempanya. Sementara di Palembang di mana pada masa itu paling tidak masih terdapat dua orang yang ahli dalam tempa pamor, yakni Akim dari kampnng 21 ilir dan Anang dari kampung 18 ilir yang pada akhirnya juga mengalami kemunduran. Juga di daerah Malaka, Aceh, maupun Celebes (Sulawesi).

    Setidaknya pada era awal abad ke-19 sampai masa tahun 30an inilah kemungkinan terjadi transisi dan tranformasi keris yang cukup mendasar. Revolusi industri di Eropa dan Amerika yang memunculkan era kapitalis membawa pengaruh yang cukup signifikan dalam mengubah paradigma kehidupan masyarakat hindia timur yang kala itu berada di bawah pemerintahan Belanda. Perubahan iklim dari tradisional ke modern otomatis mempengaruhi paradigma masyarakat tak terkecuali para pandai besi maupan para mpu yang kemudian lebih berorientasi ekonomi.


    Dielaborasi dari “Inlandsch Kunstnijverheid in Nederlandcsh Indie. JE. Jasper en Mas Pirngadie - Jilid V. Boek En Kunstdrukkerij v/u Mouton & Co, 1930,” dalam Buku Wangkingan Kebo Ijo, Bentara Budaya Yogyakarta (2008)
    Baca Selengkapnya.... - Ternyata Merlung Dikenal Seni Tempanya

    Sabtu, 11 Juli 2009

    Puskesmas Rawat Inap Bakal Dibangun Pemkab Tanjabbar

    Sumber: Infojambi.com(9 Juli 2009)

    KUALATUNGKAL
    - Guna mengantisipasi hal - hal yang tak diinginkan terkait kesehatan dan keselamatan pengendara kendaraan bermotor yang melintasi jalan lintas timur - Tanjabbar, Pemkab berencana akan membangun puskesmas rawat inap.

    Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak dinginkan terjadi pada kesehatan dan kselamatan jiwa para pengendara yang melewati jalan lintas timur jalan-tanjab barat untuk itu, Pemerintah Kabupaten Tanjungjabung Barat saat ini telah membanguan dan mempersiapkan parasaran dan sarana puskesmas rawat inap dan pemkab mengambil tempat dijalan lintas yang ada dikecmatan merlung.

    Bupati Tanjungjabung Barat melalui Kabag Humas Tanjabar, Moch Arif kepada infojambi.com mengatakan, Pemkab saat ini telah melakukan pembangunan dan pembangunan tersebut saat ini telah dilakukan. "Mudah-mudahan dengan adanya Pusekesmas tersebut nantinya dapat menjadi tempat yang berguna dan dimanfaatkan para pasien yang membutuhkannya,” ucapnya.

    Pembangunan Puskesmas tersebut saat ini akan mengacu pada standar pembangunan tempat kesehatan yang baik dan berkualitas. Dalam pembangunan nantinya, Puskesmas tersebut nanti akan memiliki beberapa kamar rawat inap.

    Pembangunan tempat pusat kesehatan masyarakat berbentuk rawat inap (Puskesmas Rawat Inap) yang baik dengan fasilitas representatif memang sangat perlu diwujudkan. Hal ini mengingat keberadaan puskesmas berbentuk rawat inap masih terlihat minim di wilayah Kabupaten Tanjungjabung Barat, apalagi di kawasan Kecamatan Merlung.

    Dirinya mengatakan bahwa pembangunan puskesmas rawat inap ini memang sengaja di bangun di dipinggir jalan lintas. Hal tersebut dikarenakan bila ada yang memerlukan kebutuhan medis dapat langsung meminta pertolongan kesana"sangat startegis sekali nantinya ada puskesmas tersebut dan pasti sangat diperlukan karena berada dijalan lintas,"ucapnya.

    Lantas kapan direncanakan pembanguan Puskesmas tersebut dapat selesai dan bisa digunakan ?mantan dosen unja tersebut mengatakan bahwa untuk tahun ini pembangunanya kan dilanjutkan kembali dan bila selesai tahun ini akan segera digunakan. "Kamarnya masih kurang dan kita masih melakukan penambahan lagi, makanya masih dilakukan pembangunan lagi, bila sudah selesai secepatnya akan digunakan," urainya.

    Arif juga mengatakan, untuk peralatan dan perlengkapan kesehatan yang akan digunakan untuk puskesmas rawat inap tersebut juga telah disiapakan seperti halnya pembangunanya. "Semua kita [persiapkan untuk untuk fasilitas puskesmas baik dari gedungnya hingga peralatannya"tegasnya.




    Baca Selengkapnya.... - Puskesmas Rawat Inap Bakal Dibangun Pemkab Tanjabbar

    Senin, 06 Juli 2009

    Bersantai disore Hari




    Merlung comunity: Minimnya tempat wisata di kawasan merlung tidak membuat warga merlung hilang akal untuk bersantai - santai di sore hari. Simpang gor jalan baru contohnya, sekarang telah menjadi tempat bersantai- santai warga kawasan merlung di sore hari. Terutama pemuda - pemudi nya.
    Apa yang dapat di nikmati tempat tersebut? Salah satunya yaitu melihat balapan di jalan tesebut selanjutnya panorama alam dimana simpang 3 di dataran tinggi tersebut amatlah indah disore hari, melihat matahari terbenam di upuk barat walaupun tak seindah di tempat lain.
    Konon katanya tempat ini akan menjdi iconnya ibu kota kecamatan merlung ini.Mau jalan jalan sore jangan lupa mampir di jalan baru merlung. (ttdi)
    Baca Selengkapnya.... - Bersantai disore Hari

    Minggu, 22 Maret 2009

    Galeri


    Galeri



    Peta Kawasan Merlung


    Masjid Besar Surya Khairudin





    Perkebunan Kelapa Sawit Merlung




    Simpang Tiga Merlung Pasar




    Jembatan Gantung Lubuk Terab





    Baca Selengkapnya.... - Galeri

    Download


    KUMPULAN DOWNLOAD

    1.Peta Merlung Download
    Baca Selengkapnya.... - Download

    Link


    LINK SAHABAT DAN YANG BERTAUTAN
    DENGAN MERLUNG
    Baca Selengkapnya.... - Link

    Cerita

    Baca Selengkapnya.... - Cerita

    Rabu, 18 Maret 2009

    Sejarah Merlung


    Sejarah hidup dan kehidupan manusia baik dari kelompok kalbu maupun dari daerah asalnya bercorak ragam, ada yang ringkas, ada yang luas, ada yang baik serta ada pula yang buruk. Kesemuanya itu berkaitan dengan perjuangan, perbuatan dan usahanya. Bila sejarah itu diisi dengan kebaikan maka baiklah sejarah itu, sebaliknya bila sejarah itu diisi dengan keburukan maka keburukanlah yang ada pada sejarah itu, karena sejarah tidak akan dapat dirubah atau ditukar.

    Mengupas dan melihat kembali sejarah kedatangan penduduk ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini pepatah adat mengatakan ibarat membangkitkan batang yang terendam, menghidupkan ranting nan mati, menjemput barang nan tertinggal, mengumpulkan barang nan berserak, bak emas pulang ke tambang, bak belut pulang ke Lumpur, tanah pulang ke jati, pendek tangan dek terjangkau, singkat kaki nak melangkah, nak betanyo temanlah pegi, nak belajar gurulah mati, nak mengaji kitablah hilang.


    Sejarah kedatangan orang/manusia ke tanjabar batang Pengabuan ini didapat dari riwayat berdasarkan kerapatan/musyawarah dari para Penghulu, Kepala dusun, dan Rio Marga Tungkal Ulu pada tahun 1968 akhir yang dilaksanakan selama 7 hari 7 malam di Pelabuhan Dagang. Adapun nara sumbernya berasal dari sesepuh, orang tuo-tuo dan salah satunya Rio Lubuk Bernai yang tertuo yaitu Rio Muhammad Aji, dari Merlung yaitu Hamzah bin H Tayeb, dari Lubuk Kambing Rio Sigeh, dari Penyabungan yaitu Penghulu Zulkifli, dari Dusun Mudo yaitu Raden Ibrahim, Pelabuhan Dagang yaitu H. Abdullah Riva’I dan lain-lain yang tidak kami sebutkan satu persatu namanya. Mereka semua sepakat untuk menentukan sejarah ini. Sejarah ini kemudian diceritakan kembali oleh Ketua Lembaga Adat Kecamatan Merlung (Rajo Bujang) yang pada waktu itu juga terlibat dalam kerapatan/musyawarah tersebut. Sedangkan nara sumber dari Tungkal Ilir didapat dari Ketua Lembaga Adat Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu H.Nangyu dan hasil tulisan dari Thamrin Busra yang nara sumbernya juga berasal dari H. Nangyu, H.Hasan, Guru H.Thaib dan M.Thahir (mantan Penghulu Betara Kanan).

    Berdasar sejarah dan keterangan yang ada bahwa sebelum abad ke-17 di Tanah Merlung ini sudah didiami manusia sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang dan sebelum masuknya utusan Raja Johor. Dimana sebelum datangnya rombongan 199 orang yang dipimpin oleh Datuk Andiko, di daerah Tungkal Ulu sudah dihuni oleh manusia seperti di Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong. Hanya saja karena kedatangan rombongan 199 dari Pariang Padang Panjang ini jumlahnya cukup besar sehingga menjadi perhatian besar, dimana pada saat itu jumlah sebesar itu baru pertama kali masuk ke wilayah ini. Demikian juga kedatangan Rombongan Datuk Andiko tersebut juga banyak membawa perubahan kehidupan dan peradaban seperti ajaran dan ketentuan hukum adat dan adat sitiadat yang dibawanya.

    Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Orang Kayo Depati pulang ke Johor dan ia digantikan oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai. Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk Petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung Rengas sampai ke Hilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang, tapi pada saat itu Kuala Tungkal belum ada didiami manusia.

    Memasuki abad ke-18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungkal Ulu sekarang. Kedatangannya disambut baik oleh Orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.

    Selanjutnya sejarah kedatangan manusia ke daerah ini adalah sebagai berikut. Ketika itu beberapa abad yang lalu yaitu diwaktu kemarau panjang terjadi semua sungai-sungai di bagian timur pulau Sumatera mengalami kekeringan termasuk Batang sungai pengabuan. Oleh karena saking keringnya Sungai Pengabuan dulu sehingga sempat ditemukan orang di teluk ayam bertelur di sana dengan kenyataan teluk itu kering pada waktu itu. Teluk tempat ayam bertelur itu terletak di sebelah ilir desa Taman Raja atau sebelah ulu Tebing Tinggi. Ada juga terdapat teluk telago darah yang terletak di desa Rantau Benar yang sampai saat ini bisa kita lihat pada musim kemarau panjang.

    Menurut sejarah pada waktu itu sekitar abad 17 datanglah serombongan manusia yang berjumlah 199 orang yang berasal dari Pariang Padang Panjang menuju Tanah Merlung dan Tungkal Batang Pengabuan ini. Kedatangan mereka diperkirakan bertujuan untuk mencari wilayah baru atau membuka daerah baru. Rombongan tersebut dipimpin oleh Penghulu Datuk Andiko dari Pesukuan Chaniago turun ke Tanah Merlung & Tungkal Batang Pengabuan ini yang waktu itu sungai ini belum memiliki nama. Rute perjalanan mereka dimulai melalui turun dari Pariang Padang Panjang menuju durian ditakuk rajo yang diperkirakan diperbatasan antara Jambi Riau. Setelah beberapa hari di sana rombongan berangkat lagi menuju ke sialang belantak besi yang diperkirakan daerah Singkut Sarolangun sekarang. Selanjutnya rombongan tadi melanjutkan perjalanan ke daerah bukit Ambunan Tulang Yang diperkirakan diperbatasan antara Tanah Merlung & Tungkal Batang Pengabuan dengan Tanah Mesumai Tebo. Setelah itu rombongan melanjutkan lagi menuju ke Ulu Batang sungai Pengabuan yaitu Bumbun Sarang Berai, dari sini rombongan menuju ke Labing Batu Betingkap atau yang disebut orang dengan Tunggul nan belepat tempat air terjun sekarang, kemudian turun mengiliri alur batang air disela-sela batu sehingga sampailah di Temulun. Setelah beberapa hari di sana mereka berangkat lagi mengikuti alur batang airdan sampailah di sungai Sangkilan satu buah anak sungai dari Batang sungai pengabuan. Menurut cerita rombongan ini berhenti dan beristirahat beberapa hari dan cukup lama dibandingkan berhenti di tempat lainnya. Di Sangkilan rombongan tersebut berunding untuk bermusyawarah mencari kesepakatan dan kata mufakat sehingga rombongan 199 orang tadi sepakat berpencar menjadi 2 bagian yaitu rombongan 100 orang menunggu di Sangkilan dan rombongan 99 orang mengiliri batang sungai dengan janji 10 sampai 15 hari kembali ke Sangkilan sesuai dengan pepatah petitih adat kato dulu kato berbuat kato kemudian dak becari lagi. Rombongan 99 orang dipimpin langsung oleh Penghulu Datuk Andiko yang juga membawa 2 orang anak kandungnya dan 1 orang anak angkat.

    Setelah mengiliri batang sungai yang belum bernama ini diperkirakan rombongan sampai di desa Penyabungan dan pada waktu itu juga belum bernama, maka rombongan berhenti dan beristirahat. Karena diantara rombongan tersebut ada yang membawa ayam, maka sambil beristirahat dan menghilangkan lelah selanjutnya ayam tadi mereka adu atau disabung. Sejak saat itulah mereka memberi nama tempat itu dengan nama Penyabungan. Selanjutnya rombongan ini mengiliri lagi batang sungai dan sampailah mereka di desa Merlung sekarang atau dikatakan pulau ringan yang pada waktu itu diperkirakan berhenti di muara sungai Merlung.
    Di pulau Ringan ini rupanya ada penghuninya yang dipimpin oleh seorang Demong Nato dan menurut kisah mereka ini merupakan peninggalan dari kerajaan Melayu Kuntala yang tunduk dengan kerajaan Singosari. Selanjutnya rombongan Penghulu Datuk Andiko berangkat mengiliri sungai dan setelah beberapa hari dalam perjalanan mereka pun tiba di sungai kebanyakan yang waktu itu belum bernama. Rombongan kemudian membuat semacam kemah-kemah dan pada waktu itu disebut kubu-kubuan istilah Johor atau bagan menurut keterangan orang tuo-tuo.

    Dikarenakan telah berjalan cukup lama dan jauh, sehingga rombongan Penghulu Datuk Andiko terlupa dengan janji yang telah dibuat semula. Ketika besok harinya akan kembali ke Sangkilan, pada malam harinya turunlan hujan yang cukup deras dan tak henti-hentinya sehingga batang sungai Pengabuan meluap melimpah ke daratan dan disinilah terjadinya putus sungai Asam yang bermuara ke Teluk Lubuk Bandung mengarah ke alur teluk Amburan Jalo. Setelah hujan telah reda maka berangkatlah rombongan menuju ke Ulu, karena air masih cukup besar rombongan agak terlambat sampai di Sangkilan. Setelah sampai di Sangkilan rupanya rombongan yang menunggu di Sangkilan yang berjumlah 100 orang sudah tidak ada lagi, maka ingat dengan pepatah adat ke darat cari jejaknya ke air cari riaknya.

    Rombongan 99 orang kemudian meneliti dan mencari jejak dan tampaklah bekas rintisan pancungan kayu kecil-kecil dimana sebahagian juga ada yang dipatahkan menunjukan arah tujuan perjalanan rombongan yang berjumlah 100 orang tadi. Sebagaimana pepatah adat mengatakan jalan nan berintis (berambah) nan diikut batang nan ditebang nan dititi, akhirnya rombongan 99 orang tidak dapat lagi mengikuti jejak karena jejak rintisan yang diikuti semakin jauh ditempuh lalu mereka pun berteriak dan dipekikan serta diteriakan dengan suara yang keras dengan memanjat pokok kayu atau dari atas bukit yang tinggi sehingga terdengarlah jawaban dari rombongan 100 orang tadi dari sayup-sayup semacam isyarat tidak boleh diikuti lagi karena rombongan 99 telah memungkir janji yang telah dibuat. Mendengar jawaban itu, rombongan Penghulu Datuk Andiko pun mengambil langkah baru dan dikarenakan cuaca sudah baik dan sungai telah surut berangkatlah mereka ke tempat bagan yang lama dan beristirahat untuk selamanya.

    Sejarah kedatangan masyarakat ke Tanah Merlung & Tungkal batang Pengabuan juga diwarnai kedatangan utusan Raja Talun/Raja Johor sekitar sekitar abad ke-17 sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Raja Talun ini merupakan rajo yang dikenal besutan dimato berajo dihati dan sangat ditakuti serta disegani. Sejak itu Tungkal dibawah Pemerintahan Raja Johor. Pada suatu hari Raja Johor memanggil Tokoh-tokoh masyarakat dan Hulubalang kerajaannya. Dimana Pemerintah kerajaan Johor ingin menambah tanah jajahan, karena tanah wilayah kekuasaannya telah sempit sehingga timbulah suatu ide dari tokoh masyarakat, cerdik pandai di sana untuk menambah tanah jajahan ke wilayah seberang atau bagian timur pulau Sumatera. Setelah bermufakat, maka raja Talun memerintahkan Hulubalang bersama laskar/ tentara kerajaan johor untuk berangkat ke tanah seberang dengan menggunakan perahu layar dengan amanat raja Talun bahwa dimana ada suak-suak atau kuala sungai yang besar harus dimasuki sampai ke hulunya dan bila menemukan barang-barang yang ganjil yang tidak ditemukan di Johor supaya dibawa kehadapan raja.

    Setelah perahu layar kerajaan Johor berlayar menuju ke bahagian pantai timur pulau Sumatera akhirnya mereka sampai ke ujung beting sehingga ke Tanjung Babu sekarang dan ketika beberapa orang menoleh ke arah barat dan tampaklah suak yang besar yaitu kuala batang Pengabuan sekarang, maka masuklah perahu layar ke suak Kuala Tungkal sekarang. Selanjutnya mereka terus berlayar menuju ke mudik dan dalam beberapa hari perjalanan sampailah mereka di pedalaman lalu berhentilah diperbatasan air keruh dan air jernih yakni kapan air pasang airnya keruh dan kapan air surut airnya jernih, berkemungkinan inilah diperkirakan Tebing Tinggi sekarang. Selanjutnya perahu mereka meluncur ke arah mudik dan sampailah di muara simpang sungai yang bersimpang dua dimana sebelah kiri mudik sungai Pengabuan dan sebelah kanan batang asam sekarang. Setelah beberapa hari berhenti di simpang muara sungai tadi, ketika hulubalang raja Johor menciduk air terlihatlah olehnya sebutir buah kayu yang bagus dan indah dan belum pernah dilihatnya di Johor. Buah tadi lalu diambil dan dibungkusnya guna diperlihatkan kepada raja Johor sesuai dengan perintah dan amanah raja. Hulubalang beserta rombongan kemudian memutar haluan dan kembali ke Johor, setelah sampai di Johor buah tadi dihadapkan kepada raja. Oleh raja buah tadi dibolak balik dan diamanti, maka hulubalang diperintahkan untuk membelah dan merasakan isi buah tersebut. Setelah dirasakan rupanya buah tadi rasanya asam, maka oleh raja Talun dinamakanlah batang sungai yang sebelah kanan tempat dimana buah tadi ditemukan dengan nama sungai asam dan sampai sekarang belum berubahAlkisah selanjutnya Raja Talun memerintahkan kembali hulubalang dan laskarnya untuk memudiki sungai yang berada disebelah kiri, setibanya di pantai muara sungai batang pengabuan terlihatlah oleh rombongan puntung kayu api yang hanyut. Timbul dipikiran mereka bahwa adanya puntung kayu api berarti ada manusia yang membakarnya dan berarti ada kehidupan di hulu sungai ini. Oleh hulubalang diambil dan dibawalah puntung kayu api tadi lalu memutar haluan kapal layarnya untuk kembali lagi ke Johor guna memperlihatkan puntung kayu api tadi ke raja Johor. Raja Johor kemudian memerintahkan untuk mengumpulkan orang-orang, para ahli tukang kayu dan Tokoh-tokoh masyarakat guna menanyakan nama jenis kayu tadi. Lalu raja Johor bertanya kepada mereka apa nama kayu ini, mereka menyebutnya kayu bengkal. Oleh raja Johor memberi nama sungai tempat dimana kayu tadi ditemukan dengan nama sungai Tungkal.

    Berkemungkinan karena kayu itu ditemukan di muara atau kuala, maka disitulah awalnya sebutan Kuala Tungkal, namun pada waktu itu Kuala Tungkal belum ada manusianya.

    Selanjutnya Hulubalang beserta laskarnya kembali ke arah mudik tempat pertama mereka memasuki suak ini sehingga sampailah diperbatasan Kuala Dasal sekarang sebelah ulu Pelabuhan Dagang. Setibanya disana terdengarlah suara riuh ramai manusia dan rupanya asal suara itu masih setanjung lagi. Setibanya di asal bunyi suara tadi mereka banyak menemukan kemah-kemah atau kubu-kubuan, bagan kata orang tuo-tuo. Barangkali mereka lah yang membakar kayu yang tempo hari puntungnya ditemukan di kuala sungai. Melihat ini semua hulubalang bersama rombongan dengan cepat memutar haluan kapal layarnya ke Johor untuk melaporkan temuannya kepada raja Johor. Sesampainya di Johor hulubalang melapor dan menghadap raja guna mendapat petunjuk dan perintah apa yang harus dilakukan. Oleh karena begitu banyaknya manusia di sana, maka raja Johor memerintahkan untuk membawa makanan, pakaian dan kain untuk disebarkan di sana. Dan perintah raja setelah disebarkan disana agar mereka dikepung jangan sampai ada yang lari serta setelah mereka berebut makanan dan pakaian segera ditembak dengan senapan tapi tidak menggunakan peluru artinya tembak ke atas, selanjutnya ditanya siapa pemimpinnya, dari mana asalnya dan berapa jumlah mereka, kemudian pujuk mereka supaya tunduk dan mau menjadi pengikut dan rakyat kita.

    Setelah semua perintah raja dilaksanakan oleh hulubalang, mereka pun dengan mudah dilumpuhkan dan diperangkap namun pemimpinnya telah keluar dari rombongan. Oleh hulubalang dan rombongan menanyakan kepada mereka, “siapa pemimpin kamu ?”, lalu dijawab mereka “Penghulu Datuk Andiko”. “Dari mana asal kedatangan kamu ?”, dijawab mereka “dari Pariang Padang Panjang”. “Berapa jumlah kamu ?”, dijawab mereka “ tadinya 199 orang, setelah berpencar tinggalah 99 orang”. Selanjutnya ditanya, “dimana pemimpin kamu ?”. Setelah dicari-cari dan dipanggil rupanya Penghulu Datuk Andiko sudah tidak berada lagi ditempat, akhirnya ia dikejar sehingga dapat dan diketemukan di Pesapoan sebuah sungai didekat desa Kampung Baru sekarang dan nama sungai itu sampai sekarang masih Pesapoan. Selanjutnya Penghulu Datuk Andiko dibawa ke rombongan 99 orang untuk berunding secara damai. Setelah perundingan damai Penghulu Datuk Andiko kemudian dibawa ke Johor untuk dihadapkan kepada Raja Talun. Alkisah Penghulu Datuk Andiko bersama Raja Talun membuat perjanjian, antara lain Johor akan memberikan bantuan subsidi sepenuhnya kepada rombongan Penghulu Datuk Andiko. Penghulu Datuk Andiko diminta segera membuat satu wilayah yang tunduk kepada kerajaan Johor, dan berjanji untuk taat dan tunduk kepada raja Johor termasuk menyetorkan hasil bumi setiap tahun kepada Johor seperti : gading, taring, lilin, rotan, jernang, damar dan barang lainnya yang berharga. Selanjutnya Penghulu Datuk Andiko diminta untuk membuat Pemerintahan sendiri namun tetap bernaung dibawah pemimpin raja Talun kerajaan Johor sampai ada ketentuan. Setelah sepakat dan mufakat Penghulu Datuk Andiko dibawa kembali ke rombongannya dengan membawa alat-alat pertanian seperti kapak, beliung, parang, tembilang dsb, tanam-tanaman mudo dan tanaman tuo diantaranya termasuk tanaman pisang yang dibawa dari Johor. Pisang ini setelah ditanam dilarang untuk diganggu karena pisang ini pisang raja Talun namanya, apabila telah berbuah sebagai persembahan kepada raja Talun pada waktu mengantar hasil bumi nantinya.

    Sebagaimana telah diceritakan sebelumnya bahwa ketika Penghulu Datuk Andiko pernah singgah di pulau ringan daerah Merlung sempat bertemu masyarakat yang dipimpin oleh seorang Demong. Jadi berdasarkan riwayat Pemerintahan Demong di Tanah Merlung & Tungkal sudah ada sebelum datangnya Penghulu Datuk Andiko seperti Demong di Merlung, Demong di Tanjung Paku, Demong di Suban, mereka ini berasal dari Aceh dan Pasai. Pemerintahan Demong ini merupakan peninggalan dari kerajaan Kuntala, dan kedemongan ini tidak mau tunduk kepada Penghulu Datuk Andiko. Namun karena siasat dan kelicikannya akhirnya kedemongan ini mau tunduk dan berkerjasama.

    Pada suatu ketika Penghulu Datuk Andiko pulang dari Johor, Kedemongan tadi diajak berunding dan bermusyawarah supaya sama-sama mendapat bantuan dari raja Johor. Pemerintahan kedemongan akhirnya mau dengan catatan bahwa paham-paham adat istiadat dipakai dan diterima hanya 2 macam yang tidak mau dipakai, pertama rumah tetap kembali ke anak perempuan atau anak bungsu, kedua harta pusako tidak dikembalikan kepada kemenakan. Sampai sekarang paham-paham ini bukan saja dipakai di Merlung tapi di Tungkal Ulu bahkan Jambi masih mengikuti.

    Sesuai dengan perjanjian dengan raja Johor selanjutnya Penghulu Datuk Andiko membuat Pemerintahan dan menentukan wilayah Pemerintahannya. Pertama membentuk daerah pesukuan yang terletak dan bernama kedusunan Benaluh yang pemimpinnya bergelar Paduko. Selanjutnya membentuk di Lingkis yang pemimpinnya bergelar Rio Singokarti, dan membentuk lagi di suku Runai air talun yang pemimpinnya bergelar Rio Manaleko Eleng, serta suku Dusun Baru dibalik bukit yang pemimpinnya bergelar Rio Manaleko Panai (Lubuk Bernai sekarang). Kedemongan di Merlung berubah menjadi Demong Singodilago.

    Setelah membentuk Pemerintahan, maka pada tahun itu juga Penghulu Datuk Andiko langsung membuat batas wilayah sebagaimana telah dikemukakan dalam batas wilayah sebelumnya. Dimana batas itu dimulai dari Bumbun Sarang Murai mengarah ke Labing Batu Betingkap bahkan sampai ke air alas alang tigo pulau berhala, Pulau Kijang dan Bukit Cundung Retih Riau.

    Setelah pemerintahan dan batas wilayah terbentuk, selanjutnya tahun ke depan rombongan Andiko menepati janji dengan mengantar hasil bumi sebagaimana perjanjian dengan raja Johor. Oleh karena mereka tidak mempunyai perahu, maka rombongan ini membuat rakit dengan menebang pohon kayu kulim. Setelah rakit yang diberi nama rakit kulim betimbo lekar dengan kesaktian Andiko airpun dalam dan mereka pun langsung berangkat ke Johor. Sesampai di Johor Datuk Andiko pun menghadap raja Johor untuk menyerahkan hasil bumi yang dibawanya, namun permintaan beliau agar raja melihatnya langsung ke dermaga. Setelah raja sampai di dermaga, maka barang bawaan pun dibongkar dan menurut cerita setelah semua barang dibongkar rakitpun tenggelam. Selanjutnya Datuk Andiko diajak ke rumah raja dan setelah bercerita dan berunding panjang lebar Datuk Andiko pun berpamitan dengan raja untuk kembali ke tanah tungkal. Oleh karena tadinya tidak mempunyai perahu, maka oleh raja Johor diberi sebuah perahu layar.

    Besok harinya berangkatlah Datuk Andiko ke Tanah Tungkal.Tetapi setelah dalam perjalanan Andiko bertemu sebuah perahu lambuk dari kejauhan terkatung-katung di tengah lautan. Perahu tersebut kemudian dihampiri ternyata hanya ada seorang anak laki-laki, yang menurut cerita anak itu namanya Lamsasati, dan ia tidak tahu dari mana asalnya. Akhirnya anak ini dibawa oleh Datuk Andiko bersama dengan perahu lambuknya tadi sampai menuju ke Taman Raja.

    Setelah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun hasil bumi pun terkumpul untuk dipersembahkan lagi ke raja Johor, maka berangkatlah Datuk Andiko ke Johor. Pada waktu keberangkatan yang kedua ini beliau membawa anak angkatnya Lamsasati.

    Sesampainya di Johor Datuk Andiko langsung menghadap raja dengan membawa serta setandan pisang untuk dipersembahkan kepada raja, yang pada saat itu pisang tersebut bernama pisang rajaTalun. Seketika itu juga raja Johor menanyakan nama pisang itu kepada Datuk Andiko. Datuk Andiko mendengar pertanyaan itu menjadi kaku dan bingung untuk menjawabnya lantaran kalau disebut pisang raja talun takut dikutuk namo rajo. Tanpa disangka oleh Andiko, anak angkatnya Lamsasati menjawabnya dengan cepat dan pas, “pisang ini bernama pisang rajo kedasun, Tuanku”.

    Mendengar kecerdikan anak itu raja langsung menanyakan kepada Andiko, “dimana engkau menemukan anak ini ?” Dijawab Andiko dengan tegas tanpa ragu-ragu, “anak ini saya temukan di dalam perahu yang terkatung-katung dibagian wilayah saya, Tuanku”. “Siapa nama anak ini ?’ Tanya raja kemudian. “ Oleh anak tersebut menjawab dengan tegas, “nama saya Lamsasati, Tuanku”.

    Ketika itulah Datuk Andiko mendapat penghargaan yang tidak ternilai harganya. Kata raja mulai tahun-tahun berikutnya kamu tidak perlu lagi membawa hasil dari daerahmu ke Johor, manfaatkanlah dan pergunakanlah untuk kepentingan rakyatmu yang banyak dan peliharalah anak ini dengan baik dan bila perlu angkatlah anak ini sebagai raja nantinya.

    Kemudian berlayarlah Andiko ke Tanah Merlung & Tungkal Batang Pengabuan. Singkat cerita setelah sampai Datuk Andiko berteriak mengucapkan “Allahu Akbar-Allahu Akbar, beruntung-beruntung sekali”. Mendengar ucapan Datuk Andiko tersebut rakyatnya menjadi heran dan langsung bertanya apa maksud yang diucapkan Datuk Andiko itu. “Alhamdulillah, kita semua dianugerah oleh Allah.”

    Dari kisah tersebut diatas dapat kita renungkan bahwa ibarat pepatah adat mengatakan : perut kenyang penyakit angsur, obat tibo penyakit lari, anak dapat hartopun dapat, pucuk dicinto ulampun tibo, bukan untung lagilah tuah, bukan tuah lah pendapatan adalah suatu ketaatan dan kejujuran kita semua.

    Setelah anak angkat yang bernama Lamsasati semakin besar dan dewasa, maka timbulah ide baru dan langkah Datuk Andiko untuk kepentingan dan kelangsungan jalannya Pemerintahan yang ada. Oleh sebab itu, Datuk Andiko membuat Pemerintahan yang berskala besar yaitu Pemerintahan Bidoando nan empat antara lain : Pemerintahan di Lubuk Petai dengan Kepala Pesukuan bergelar Rajo Orang Kayo Rajo Laksmana meliputi wilayah yang luas sekali kecuali Rantau Badak, Tanjung Paku, Merlung sebagian dan pasarnya terletak di Taman Raja, pada waktu itu Taman Raja masih bernama Pekan. Kemudian membentuk lagi Suku Teberau yang kepala pesukuannya bernama Orang Kayo Depati yang meliputi Pulau Pauh, Penyabungan dan Lubuk Terap. Selanjutnya Suku Sungai Landul di Badang, pesukuan Mandah Orang Kayo ini adalah Orang Kayo Lamsasati kemudian berubah menjadi Orang Kayo Alamsyah, wilayahnya meliputi Tanjung Bojo sampai Tebing Tinggi termasuk Senyerang, Teluk Ketapang dan Sungai Kayu Aro sebagian. Suku Bulan Munti yang kepala pesukuannya bergelar Datuk Bendar. Datuk Bendar inilah pembuat Undang-undang di jaman pemerintahan yang wilayahnya meliputi Pelabuhan Dagang, Pematang Pauh, Kuala Dasal sampai sebagian Teluk Bengkah Tebing Tinggi.

    Berdasarkan sejarah bahwa suku-suku Bidoando inilah yang pada zaman pemerintahan waktu itu sampai lahirnya UU No.5 tahun 1979 yang boleh diambil dan diangkat menjadi Datuk Orang Kayo atau Pesirah. Sedangkan suku-suku nan tigo seperti Rio termasuk Demong hanya boleh menunjuk calon saja, karena pesukuan ini hanya minoritas.

    Sebagai pedoman adat istiadat pada waktu itu apabila Datuk Orang Kayo berasal dari suku-suku nan tigo, maka suku nan tigo melanggar adat merebut undang atau dimakan sumpah dan adat ke atas tidak berpucuk kebawah tidak berurat ditengah-tengah dilarik kumbang, hidup segan mati dak mau, hidup bak kerakap memanjat batu, desa sekalang kabut, rantau sigajah bingung, tidak tentu hilir mudik, yang kecil tidak takut kepado nan tuo, nan tuo idak segan kepado nan mudo, yang alim tidak sekitab, cerdik tidak seandiko.

    Menurut alkisah sebelum Penghulu Datuk Andiko kembali ke daerah asalnya Sumatera Barat, selain menyusun pemerintahan beliau juga membagi dan membentuk dusun-dusun dan teratak-teratak untuk memekarkan wilayah pendudukannya.

    Pemerintahannya pada waktu itu berpedoman kepada adat nan kawi pesakoan nan lazim sebagaimana dibuat di Pariang Padang Panjang yaitu titian teras betanggo batu, baju bejahit nan dipakai, batang nan ditebang nan dititi, jalan nan berambah nan diikuti nan ditempuh. Tidak berlaku hukum belah buluh satu dipijak satu diangkat, maka Penghulu Andiko menyusun pemerintahan dengan secermat-cermatnya melalui duduk besamo, duduk samo rendah tegak samo tinggi. Adat yang diterima dan dikembangkan itu adalah adat yang bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, syarak yang mengato adat nan memakai. Adapun adat yang disusun oleh Andiko adalah adat nan 4 yaitu adat istiadat, adat nan diadatkan, adat nan beradat dan adat nan sebenar adat.


    Pada zaman pemerintahan orang kayo dahulunya, mereka tidak mau tunduk dengan daerah manapun, tapi mempunyai otonomi sendiri. Baik itu Orang Kayo Rajo Laksmano, Orang Kayo Depati, Orang Kayo Teberau dan Orang kayo Bulan Munti, namun mereka ini tetap bersatu .

    Kemudian sekitar tahun 1841-1855 pada waktu itu datanglah Pemerintahan dari Jambi yang dipimpin oleh Pangeran Badik Uzaman, pusat pemerintahan adalah di Rantau Benar, dan sejak itu Merlung & Tungkal dibawah Pemerintahan kesultanan Jambi. Walaupun kedatangan Pangeran Badik Uzaman ini disambut baik oleh Orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah, tetapi setelah beberapa lama terjadi perselisihan. Sehingga Orang Kayo Santiko dan Datuk Bandar Dayah serta keluarga besarnya melarikan diri ke hilir sungai, dan mereka menetap di sungai Baung di hilir Teluk Nilau. Namun perselisihan ini kemudian dapat diselesaikan oleh Pangeran Adi yang diutus oleh Sultan Jambi untuk menyelesaikannya. Sejak selesainya perselihan itu dan mereka dapat didamaikan, maka oleh Pangeran Adi Wilayah Tungkal dibagi 2 menjadi 2 bagian yaitu : pertama daerah Lumahan ke ulu dipegang oleh Badik Uzaman , kedua daerah ilir dari Lumahan ke laut belum ada pemimpinnya. Sehingga oleh pemerintahan Jambi memerintahkan siapa yang memenangkan sejarah Pulau Berhala akan diberi hadiah menjadi pangeran yang akan memimpin daerah yang kedua yaitu dari Lumahan ke laut.


    Oleh karena pada saat itu Orang Kayo Ario Santiko yang menurut kisah beliau ini adalah seorang keturunan arab yang berasal dari Aceh dan bernama Said Idrus. Ia sangat hafal dan menguasai dan mampu menjelaskan bahwa Pulau Berhala itu teluknya sekian, tanjungnya sekian dan setelah dilihat dan diteliti kelapangan benarlah apa yang dikatakannya. Oleh karena itu, Said Idrus diberi keistimewaan untuk mengurus daerah ilir serta ia diberi gelar Pangeran Wiro Kesumo.

    Setelah berapa lama, ketika tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintahan Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.

    Selanjutnya munculah Pemerintahan kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman. Orang Kayo Usman Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H. Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.

    Orang Kayo pertama ini pada waktu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya adalah :
    o Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis.
    o Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong dalam.
    o Dusun Rantau Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air Talun.
    o Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari kampung Jelmu pulau Embacang.
    o Dusun Penyabungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau.
    o Dusun Merlung tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi dalam beberapa suku yaitu : Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan Demong.
    o Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik.
    o Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang.

    o Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai.
    o Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang Belango.
    o Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam.
    o Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.
    o Dusun Pematang Pauh.
    o Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.
    o Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan musyawarah raja Lubuk Petai dan Raja Gagak.
    o Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.
    o Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.
    o Dusun Kampung Baru.
    o Dusun Tanjung Bojo.
    o Dusun Kebun.
    o Dusun Tebing Tinggi.
    o Dusun Teluk Ketapang.
    o Dusun Senyerang, berdasarkan cerita yang sudah melegenda dari masyarakat senyerang, bahwa dahulu jauh sebelum pemukiman penduduk menjadi kampung, pada waktu masyarakat mengadakan panen sering mendapat gangguan dan diserang perampok untuk mengambil hasil panen mereka. Dengan seringnya mendapat gangguan ini akhirnya masyarakat mengadakan musyawarah dan mufakat untuk bersama-sama mengadakan penjagaan kampung dari serangan perampok tersebut. Untuk menjaga kampung ini maka penjagaan dibagi 2 wilayah, dimana untuk menjaga serangan dari iIir dipusatkan di kuala sungai senyerang kecil dan untuk menjaga serangan dari ulu dipusatkan di kuala sungai senyerang besar. Akhirnya masyarakatpun merasa aman dan terciptalah kondisi kampung yang aman sebagaimana seloko adat teluk tenang rantau beriak, air jernih ikannyo jinak, rumput panjang kerbaunyo gemuk, bumi aman padi menjadi. Maka atas kata sepakat seluruh penduduk sesuai pepatah adat elok kato oleh mufakat, gawe menjadi karena bersamo dimana berdasarkan fakta dan keberadaan pemukiman penduduk yang diapit oleh 2 anak sungai yaitu sungai senyerang besar dan sungai senyerang kecil selanjutnya ditetapkanlah nama dusun ini dengan nama Senyerang sampai sekarang menjadi desa Seyerang.

    Zaman Pemerintahan Orang Kayo H. Muhammad Dahlan berakhir sampai sekitar tahun 1949, kemudian barulah gelar Orang Kayo berubah menjadi Pesirah sekitar tahun 1951. Adapun para Pesirah di tanah tungkal ini dahulunya adalah :

    Marga Tungkal Ulu :
    - Pesirah MT. Fahruddin (1951-1953).
    - Pesirah Daeng Ahmad anak dari H. Dahlan (1953-1959)
    - Pesirah Zikwan Tayeb (1959-1967).
    - 1969 masa transisi perubahan Marga.
    - Syafei Manturidi (1969-1973).
    - Adnan Makruf (1974-1982).

    Marga Tungkal Ilir :
    - Raden Syamsuddin (Pamaraf).
    - M. Jamin.
    - Pesirah H.Berahim.
    - Pesirah Ahmad .
    - Pesirah Asmuni.
    - Pesirah H.M.Taher.

    Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pada waktu itu Batang Pengabuan dulunya belum bernama dan belum populer. Sejarah Batang Sungai Pengabuan ini menurut cerita berasal dari sejarah paham agama Hindu yang pada waktu itu menganggap sungai ini adalah salah satu sungai suci. Karena sungai ini adalah satu-satu sungai yang ada di sebelah timur Pulau Sumatera relatif jauh di air pasang sampai 7 – 8 jam perjalanan sedangkan sungai lain tidak seperti itu. Sungai ini dianggap suci sehingga menjadi tempat pembuangan abu-abuan mayat umat Hindu apabila telah dibakar. Asal kata Kubu-kubuan istilah Johor juga melekat menjadi Pengabuan. Sehingga kata kubu-kubuan dan abu-abuan digabungkan menurut alkisah menjadilah nama Pengabuan, Batang Sungai Pengabuan sekarang.

    Semenjak ditetapkan Tanjab menjadi Kabupaten mulai tgl 10 agustus 1965, maka Tanjung Jabung mempunyai 4 kecamatan. Diantaranya kecamatan Tungkal ulu berpusat di Pelabuhan Dagang. Namun pada saat ini pemerintahan kecamatan beriring berjalan dengan Marga tungkal ulu yang berpusat di Merlung. Namun saat ini keberadaan marga masih tetap berwenang penuh sehingga peran kecamatan tidak begitu kentara di wilyah ini. Berangsur peran marga menurun semenjak dicetuskan uu no5 thn1979 tentang pokok pemerintahnan desa hingga berakhir tahun 1982.
    Pada tahun 1996 merlung ditetaapkan sebagai kecamatan perwakilan yang semula terdiri dari 10 desa dan berkembang menjadi 19 desa seiring dengan di tetapkan nya kawasan transmigrasi menjadi desa. Kecamatan Merlung berdiri dengan resmi semenjak kabuten Tanjab dimekarkan menjadi dua yaitu kabupaten Tanjab Timur dan Tanjab barat. Merlung dengan 4 kecamatan lainnya berada dalam Kabupaten Tanjabar. Dengan penduduk ± 33.000 jiwa . dan untuk desa Merlung berpenduduk ± 4.250 jiwa ditambah kampung beskamp sekitar 1000 jiwa.
    Pada mei 2008 Kecamatan Merlung Di mekatkan lagi menjadi 3 kecamatan yakniKecamatan Merlung dengan ibukota Merlung terdiri dari 7 desa, Kecamatan Ranah Mendalu dengan Ibukota Lubuk Kambing terdiri 7 desa dan Kecamatan Muara Papalik dengan Ibukota Ranatau Badak terdiri dari 5 desa.
    Sumber data : Buku Dinamika Adat Masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat
    Tim Penulis :
    Ketua : Ardhian, S.sos.
    Anggota : Rajo Bujang.
    M. Abdi.
    M.Nasir Mukhtar
    Hermanto,B
    Drs. Mukhlis, M.si.
    Baca Selengkapnya.... - Sejarah Merlung

    Profil Merlung

    Geograpi





    Kecamatan Merlung merupakan kecamatan dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi. Pada tahu 1996 kecamatan merlung ditetapkan sebagai kecamtan perwakilan dan resmi menjadi kecamatan pada tahun 2000, berdasarkan Peraturan daerah No 05 Tahun 2000, dan resmi pisah dari kecamatan Tungkal ulu. Pada tahun 2008 kecamatan merlung kembali dimekarkan menjadi 3 kecamatan yakni, kecamatan ranah mendalu, kecamatan muara papalik dan kecamatan merlung. Kecamatan Merlung Terdiri Dari 7 desa.
    Letak wilayah Kabupaten Kerinci secara geografis adalah diantara - sampai - lintang selatan dan - sampai - bujur timur dengan ibu kota Sungai Penuh yang berjarak 120 km dari Kota Jambi, dengan batas-batas sebagai berikut :
    Utara : Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
    Selatan : Kecamatan Mersam dan Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari.
    Barat : Kecamatan Ranah Mendalu kabupaten tanjung jabung barat.
    Timur : kecamatan muara papalik kabupaten tanjung jabung barat.
    Merlung terletak > 25 m dari permukaan laut, dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning, Glyhumus, Hidro Morfik Klabu.
    Wilayah kecamatan merlung meliputi : Desa merlung, desa penyabungan, desa lubuk terap, desa tanjung paku, desa adi purwa, desa pinang gading dan desa Tanjung Benanak.

    Luas Wilayah
    Dlam Pencahaian Data

    Topograpi

    Penduduk
    Jumlah penduduk –

    Penduduk Kecamatan Merlung sebagian besar merupakan suku Melayu di ikuti Jawa, medan dan suku lain. Sebenarnya masyarakat Kecamatan Merlung boleh dikatakan masyarakat majemuk sebab 4 dari 7 desa di kecamatan Merlung merupakan desa transmigrasi yang mana penduduk nya dating dari luar Provinsi Jambi terutama Pulau jawa dan nias.
    Sebagian besar penduduk menganut agama Islam (99%) di ikuti Kristen dan agama lain nya. Mata pencaharian sebagian besar adalah tani dan di ikuti usaha dagang.

    Sosial Budaya
    Kecamatan Merlung Merupakan Masyarakat Majemuk yang mempunyai banyak budaya, adat istiadat, penduduk asli merupakan suku melayu yang mana banyak mengikuti tradisi melayu, yamg khas untuk merlung adalah upacara pernikahan, gotong royong,.
    Perekonomian
    Perekonomian di Kecamatan Merlung paling utama di dukung oleh bidang pertanian, dimana terdapat perkebunan kelapa sawit yang besar baik perusahaan maupun kebun plasma milik rakyat, di ikuti perkebunan karet yang ada sejak dulu yang mana rata rata di miliki rakyat/ sector lain yaitu dagang dimana merlung merupakan pusat perdagangan Tanjung Jabung Barat Bagian ulu.

    Potensi
    - Perkebunan Kelapa Sawit Yang Luas
    - Perkebunan Karet
    - Usaha Dagang, dimana letak merlung sangat lah strategi dimana di lewat jalan lintas timur ( Sumsel, Kota Jambi – Riau), Jalan Menuju Kabupaten Muaro Bungo, provinsi Sumbar, Menuju Kuala Tungkal (pesisir)
    - Jumlah Penduduk
    - Tambang batu bara
    Baca Selengkapnya.... - Profil Merlung

    Rabu, 04 Februari 2009

    Imfo Jambi, Jumat, 30/01/2009 | 16:46 WIB
    Lulus PNS, 2 Caleg Tanjabar Mundur

    KUALATUNGKAL- Dua orang Calon Legislator (Caleg) DPRD Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabar) yang sudah terdaftar dalam Daftar Calon Tetap (DCT) dinyatakan lulus dalam penerimaan CPNS formasi 2008 di lingkup Pemkab Tanjab Timur beberapa waktu, mengundurkan diri.

    Mereka adalah Saiful Anwar, SE, Caleg nomor urut 5 daerah pemilihan (dapil) I dan Syahlan, S.Pdi dapil II nomor 5. Keduanya merupakan caleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

    Anggota KPU, Tanjabar, Sri Kasnelly,SE mengatakan, dua caleg tersebut secara resmi telah mengundurkan diri secara tertulis yang disampaikan kepada KPU Tanjungjabung Barat. "Surat pengunduran diri disampaikan 13 Januari 2009 lalu, sehari setelah pengumuman kelulusan mereka," ungkap, Sri Anggota KPU Devisi Pencalonan ini.

    Pengunduran diri itu jelasnya, terlebih dahulu diketahui oleh pimpinan parpol dimana caleg tersebut bernaung. Setelah itu, parpol mengirimkan surat kepada KPU Tanjungjabung Barat .

    Menurutnya, dengan mengundurkan diri dua calon legislatif tersebut. Maka, dari 482 caleg yang bertarung, sekarang tinggal 480 guna memperebutkan 30 kursi yang ada di DPRD Tanjungjabung Barat. Dapil tersebut terbagi dalam 4 daerah pemilihan, yaitu Dapil Tanjab Barat 1 (Tungkal Ilir, Bram Itam dan Seberang Kota) 10 kursi.

    Dapil Tanjab Barat II (Kuala Betara dan Betara) 4 kursi, dapil Tanjab Barat III (Merlung, Muara Papalik, Renah Mendaluh, Tungkal Ulu, Tebing Tinggi dan Batang Asam) 10 kursi dan dapil Tanjab Barat (Pengabuan dan Senyerang) sebanyak 6 kursi.

    “Jumlah mata pilih 183 ribu lebih. Ini-lah nanti yang akan diperebutkan suaranya di 13 kecamatan, “jelasnya.(infojambi.com/ir)

    Baca Selengkapnya.... -
    Imfo jambi

    Gara-Gara Pupuk Langka, Hasil Panen Sawit Turun Drastis

    KOTAJAMBI- Kelangkan pupuk yang terjadi di desa Merlung Kabupaten Tanjabbar mengakibatkan hasil panen sawit warga turun drastis hingga 50 persen. Hal ini sudah terjadi sejak 8 bulan terakhir.

    ‘’Kalau panen sawit sekarang cari 2-3 Ton perbulan susah. Biasanya setiap bulan kebun sawit saya menghasilkan 5-6 Ton TBS. Tapi sudah 8 bulan hasilnya jadi turun karena pupuk susah carinya,’’ Ujar Khodir, petani sawit di desa Merlung pada infojambi.com via ponselnya Jumat (30/1/09) sore.

    Menurut petani yang memiliki 25 orang tenaga kerja untuk memanen sawit dikebunnya itu, hal ini dikarenakan pembelian pupuk bersubsidi saat ini sangat susah. Harus melalui proses yang panjang, mulai dari izin kepala desa, izin perusahaan dan berbagai izin lainnya. Lalu pengisian blangko dan prosedur-prosedur lainnya.

    Selain itu, pembelian pupuk bersubsidi hanya bisa dilakukan dalam enam bulan sakali. ‘’Kalau dulu, kapanpun boleh beli pupuk bersubsidi jenis urea, sekarang tidak bisa lagi. Bahkan kalau sekarang beli pupuknya dibatasi 8 Ton saja per enam bulannya, kalau dulu bisa sampai 16-21 Ton,’’ keluhnya.

    Perbedaan harga yang mencolok antara pupuk bersubsidi dan non subsidi, mengakibatkan masyarakat sekitar sangat tergantung dengan pupuk tersebut. Jika pupuk bersubsidi bisa dibeli dengan harga berkisar Rp 50- Rp 60 ribu, sedangkan pupuk non subsidi mencapai Rp 200 ribu.

    Khodir menambahkan, untuk harga TBS saat ini sudah berangsur membaik. Saat ini harga sudah berkisar Rp 1.150, tetapi dengan langkanya pupuk mengakibatkan tanaman sawit mereka tidak terawatt karena kekurangan makan. (infojambi.com/ton)

    Baca Selengkapnya.... -

    Komentar Masuk