Senin, 28 Februari 2011

MENGAPA KUNTALA BUKAN MERTULU

Posting by MQ Project 2011

Oleh Erdianto Effendi

Kawan-kawan sepejuangan,

Sekilas Tentang Kuntala

Menurut Mulyana (1981), tuponim Kandali dan Kantoli yang berada di sekitar Jambi, mungkin berasal dari India Selatan. Kedua tuponim, yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari transliterisasi Cina suatu tempat yang belum diketahui hingga sekarang, sepertinya Benggala – Benggali, Ghandara – Ghandari, Badara – Badari, Kuntala – Kuntali, Kantoli – Kandal…i. Lebih jauh dikemukakan bahwa gophala diucap ghopal, Sanjaya sebagai Sanjay, Sriwijaya sebagai Sriwijay. Kuntala sebagai Kuntal dan juga Tungkal. Di Sumatea Timur terdapat sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama sungai Pengabuan dan hilirnya bernama sungai Tungkal yang bermuara di Kuala Tungkal. Dalam penjumlahan negara Laut Selatan yang mengirim utusan ke Cina, oleh I Tsing tidak disebut-sebut tentang kerajaan Kuntala (Kandali, Kantoli). Nasib negera ini selanjutnya juga tidak diketahui, mungkin dikuasai oleh Jambi. Yang jelas, pada abad ke-7, muncul dua kerajaan di pantai timur Sumatera yakni: Moloyu (Malayu, Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Dalam perkembangan selanjutnya antara sekitar 670-742 Masehi Shih-li-fo-shih dianggap sebagai Sriwijaya dan antara 853 – 1037 Masehi sebagai San-fo-tsi.

Mari satukan visi, perluas gerakan jangan mengeksklusifkan diri.

Tungkal Ulu adalah nama marga yang beribukota di Merlung sejak pertama sekali Belanda menguasai Jambi sekitar tahun 1910 an dg wilayah di 6 kecamatan skr (Tk Ulu, Mrlung, Tebing Tinggi, Btg Asam, Muaro Papalik dan Renah Mendaluh).Pada tahun 1940 dibentuk k…ecamatan Tungkal Ulu dg ibukota di Pelabuhan Dagang dengan wilayah yg sama dg wilayah Marga Tungkal Ulu. Tahun 1990 an Kecamatan Tungkal Ulu dipecah menjadi dua dengan dibentuknya Kecamatan Merlung.

Penyebutan Merlung mengidentikkan hanya dg satu desa dalam kecamatan Merlung skrg. Penyebutan Tungkal Ulu sebenarnya lebih pas, tapi 3 kecamatan di bagian selatan (Merlung, Muaro Papalik dan Renah Mendaluh) sebelumnya jadi bagian dari kecamatan Merlung, kecamatan kedua setelah Tungkal Ulu.

Sebelum berdirinya kecamatan Merlung, desa terbesar di Tungkal Ulu adalah Merlung, dan nama Merlung memang lebih dikenal di Jambi. desa kedua yaitu Lubuk Kambing, ketiga Tebing Tinggi dan barulah Pelabuhan Dagang menjadi keempat.Selain sebagai desa dengan jumlah penduduk terbesar Merlung tetap punya nilai historis dan penting karena ia adalah ibukota Marga Tungkal Ulu dengan wilayah yang sama.

Dg dibukanya PT WKS/LPPI di Tebing Tinggi, Tebing Tinggi menjadi desa terbesar tidak saja se Tungkal Ulu tetapi juga se Tanjung Jabung Barat dg memilki 49 TPS.

Perdebatan tentang nama antara Tungkal Ulu atau Merlung tidak pernah terjadi sebelum Merlung menjadi kecamatan. Perdebatan mulai sering terjadi ketika Merlung telah menjadi kecamatan sendiri. Perdebatan untuk menyebut komunitas ini telah sering terjadi, di antaranya dalam musyawarah pembentukan kembali Ikatan Kekeluargaan Masyarakat Tungkal Ulu (IKAMATU) yg sebelunya telah lama terbentuk. Disepakati dalam musyawarah yang dihadiri sebagian besar tokoh Baihaqy Idrus/Mantan Ketua Pt Jawa Tengah (Penyabungan), (Mustafa Bakri, Mantan Kadis Pendidikan Tanjung Jabung (Bt Asam), Syahrasadin, Calon Sekda Prov.Jambi (Plb Dagang), Taufik RH, Kepala Biro Pemprov (Plb Dagang), Kailani, mantan Sekda TJB dan Kota (Btg Asam), Martunis/Kadis Pendidikan TJB (Lb Kambing), Faisal Alwi, Ketua DPD Golkar TJB (Lbk Kambing), M. Noor (Btg Asam), Mulyani (Ketua DPRD TJB) (Merlung), Syamsudin (Penyabungan) dan saya Erdianto Effendi juga hadiri disepakati tetap dg nama TUNGKAL ULU dan sekretariat berkedudukan di Merlung.

Faisal Alwi sempat mengusulkan nama Pengabuan agar lebih umum dan dapat menerima komunitas Melayu seketurunan di Senyerang dan Teluk Ketapang. Tapi penyebutan istilah Pengabuan akan menjadi kabur karena pada saat itu telah ada nama Kecamatan Pengabuan di wilayah Ilir.Saya mengusulkan nama Melayu Tanjab Barat, tapi sebagian besar peserta juga menolak.

Nama organisasi mahasiswa dan pemuda pertama yang dibentuk Zamzami (lb Kambing) dg nama IPTU (Ikatan Pelajar dan Pemuda Tungkal Ulu, waktu itu belum banyak anak Tungkal Ulu yg jadi mahasiswa). Dalam rapat pembaharuan organisasi pelajar Tungkal Ulu yang saya “Erdianto Effendi” dan Katamso SA (skrg Wabup Tanjab Barat prakarsai juga sepakat dg nama Ikatan Mahasiswa Pemuda Pelajar Tungkal Ulu yg memilih sdr Katamso SA sebagai ketuanya dan saya Erdianto sebagai sekretarisnya. Ikatan Sarjana Tungkal Ulu yang diketuai Syahrasadin dan sekretaris Bailah juga sepakat dengan nama Tungkal Ulu.

Di tingkat mahasiswa setelah periode Katamso dan saya 2000 an terbentuk Himpunan Mahasiswa Pemuda Pelajar Tungkal Ulu (HIMAPTU) dengan Ketua Berlian. ketua selanjutnya adalah Dedi asal Suban Chandra Irawan asal Merlung. Bersamaan dengan itu mulai tumbuh juga organisasi sejenis dengan nama Merlung baik dalam konotasi kecamatan Merlung maupun Desa Merlung.

Istilah Mertulu pertama sekali digunakan untuk menyebut organisasi paguyuban di Kota Kuala Tungal serupa yang diketuai Burhanudin Anggota DPRD TJB asal Batang Asam atas prakarsa Wakil Bupati saat itu Dr. Safrial. Pada waktu diadakan pertemuan di Balai Serba Guna di Merlung yang diprakarsai Syamsu Warna Putra, disepakati juga nama Mertulu.

Saya yakin apakah namanya Mertulu atau tetap Tungkal Ulu saja, tidak akan menjadi masalah. Tetapi kita mesti hati-hati jangan sampai perjuangan ini terkesan menonjolkan keinginan sekelompok wilayah saja (contoh beberapa orang dari Suban secara bergurau menolak masuk dalam komunitas ini di FB karena “merasa bukan Tungkal Ulu dan Merlung”. Karena itu, mari kita jadikan perjuangan ini perjuangan semua kita apapun namanya. Namun untuk menghindari kesan menonjolnya wilayah tertentu maka saya mengusulkan nama KUNTALA, sebuah nama yang netral karena akan lebih inklusif dan dapat menampung semua wilayah secara merata tanpa ada yang merasa dinomor satu atau nomor duakan. Seandainya suatu saat keinginan kita bersama dikabulkan Allah dengan terbentuknya kabupaten di wilayah kita, maka alangkah indahnya jika nama kabupaten ini bernama KUNTALA. Memang nama Kuntala sendiri masih menjadi perdebatan dalam sejarah. Tetapi itu tidak lah dapat menjadi alasan kita menggunakan nama Kuntala. Telah banyak kabupaten yang telah ada menggunakan nama kerajaan zaman dahulu dengan maksud membangkitkan kepercayaan diri masyarakatnya seperti Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Kutai dstnya. Bahkan nama Sriwijaya yang digunakan oleh masyarakat Sumsel telah mendarah daging padahal hingga kini masih terjadi perdebatan yang tidak tuntas dimana sebenarnya ibukota Sriwijaya.

Khusus kawan-kawan dan tokoh dari Desa Merlung yang paling giat mengkampanyekan pembentukan kabupaten baru ini tidak perlu merasa berkecil hati dengan nama Kuntala, karena bukankah nama Kuntala telah digunakan sejak zaman dahulu sebagai nama Lapangan Bola kaki di Merlung? Selain itu secara sosiologis istilah Merlung jauh lebih populer dalam perbincangan masyarakat Provinsi Jambi. Saya sendiri lebih sering disebut sebagai “orang Merlung” oleh orang lain di Kota Jambi daripada sebagai orang Tungkal Ulu apalagi sebagai orang Pelabuhan Dagang. Kalaupun saya memperkenalkan diri sebagai orang Pelabuhan Dagang, lawan bicara saya akan bertanya, sebelah mananya Merlung? Jadi biarlah secara alamiah masyarakat lebih mengenal Merlung dan secara yuridis akan bernama Kuntala. Lebih-lebih lagi jika nantinya Merlung ditetapkan sebagai ibukota kabupaten baru itu. Kemungkinan itu sangat mungkin terjadi karena dari beberapa pilihan untuk jadi calon ibukota kelak, Pelabuhan Dagang dan Merlung lah yang menurut saya paling layak dipertimbangkan. Tebing Tinggi memang saat ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang paling ramai, tetapi itu saja tidak cukup jadi alasan karena letaknya tidak di tengah-tengah. Seandainya Tanjung Jabung Barat tidak dimekarkan dan ibukota dipindahkan ke Tebing Tinggi, itu juga bukan pilihan baik karena Tebing Tinggi tidak berada di jalur lintas timur Sumatera dan sulit diakses di jalur darat. Kabupaten Tanjung Jabung Timur tidak menjatuhkan pilihan ibukota pada Nipah Panjang dan lebih memilih Muara Sabak. Kita sudah belajar dari sejarah dan fakta saat ini karena ibukota Tanjung Jabung Barat di Kuala Tungkal yang berada di pinggir pantai Tanjung Jabung Barat (tidak di tengah-tengah) senyatanya menjadi salah satu alasan keinginan dipercepatnya pemekaran.

Selain alasan geografis, secara kultural perlu juga dipertimbangkan bahwa saat ini di Tebing Tinggi penduduk asli/lokal Melayu merupakan minoritas. Jika ditetapkan Tebing Tinggi sebagai ibukota dikhawatirkan kemajuan ibukota Kuntala nantinya hanya akan memarginalkan penduduk lokal, contoh orang Betawi di Jakarta. Penetapan Merlung sebagai ibukota Marga dan Pelabuhan Dagang sebagai ibukota kecamatan pada zaman kolonial menunjukkan bahwa kedua tempat memang telah diperhitungkan oleh para insinyur Belanda layak untuk jadi pusat pemerintahan.

Sebagai orang yang berasal dari Pelabuhan Dagang sudah tentu ada subjektifitas dalam diri saya atas pilihan Pelabuhan Dagang. Namun saya yakin jika sampai kita ke sana pilihan akan jatuh kepada Merlung mengingat faktanya saat ini, orang Merlung yang berkiprah di level kabupaten dan provinsi jauh lebih banyak daripada orang Pelabuhan Dagang.

Baca Selengkapnya.... - MENGAPA KUNTALA BUKAN MERTULU

Kamis, 24 Februari 2011

PAKAIAN ADAT, PAKAIAN PENGHULU, KERIS ADAT, PAKAIAN PENGHULU YANG DIPAKAI OLEH MENDELIKO (DATUK ANDIKO) Merlung dan Tungkal Ulu

SEBAGAI LAMBANG ADAT

I. PAKAIAN ADAT

Baju kurung teluk belango, bewarna kuning

Celano gunting cino

Lengan baju dan kaki celano lebar

Baju kurung menunjukan lapang dada dan pikiran

Lengan baju dan kaki celana lebarberarti lekas menolong orang

Berbulang dalam artinyo tibo diperut tidak dikempiskan

II. KERIS PAKAIAN PENGHULU

a. keris berhulu bintang timur

celak selampu alam

singangar sebulan panas

sekilat bekelementang

b. sarungnyo kayu mandah besar

tumbuh ditengah padang

kayu itu tidak rebah dibeliung dan kapak

tidak goyang dek gempo 7 hari

batangnyo selebar alam

buahnyo sebesar cupak

diambil kini dimakan kemaren

Artinyo

a. bintang timur : selamo-lamonya terang (adat tadi)

celakselampu alam : pandangan penghulu tidak ada nan jauh

singagar selan panas : kato-kato penghulu itu biso

berkilat bekelementang : – keris pantang dicabut, kalo dicabut idak nikam, nikam diri sendiri (maksutnyo undang-undang tidak dijalankan)

- sepandai-pandai orang mengelak, dibalik pulau keno jugo (artinyo seseorang yang berbuat salah, maka melarikan diri ke lain tempat atau nagari , selamo di rantau tidak dapat pulang juo apabila pulangnyo dimakan hukum jugo.

Tidak sempurna seorang penghulu idak memakai keris adat

Sifat penghulu semacam ayam, anak-anaknyo dibawah sayapnyo

b. sarungnyo kayu mahdan besar : besar kekuasaan penghulu

tumbuh di tengah padang : kekuasaan di sekitar negerinyo

kayu yg tidak rebah dibeliung/kampak: tidak telap di apo2 jika ionyo lurus dan benar

tidak goyang dek gempo 7 hari : tidak makan hasut dan fitnah

batangnyo segedang benang : penghulu yang lurus seperti benang yang dibentang

daunnyo selebar alam : kekuasaannyo seluas daerahnyo sajo

buahnyo selebar cupak : itulah adat

diambil kini, dimakan kemaren : itulah adat (undang-undang) inilah hari berbuat salah, undangnyo sudah ado

SUMBER: DOKUMEN (alm) DEMONG H. RIFA’I-(MQ PROJECT 2011)

Baca Selengkapnya.... - PAKAIAN ADAT, PAKAIAN PENGHULU, KERIS ADAT, PAKAIAN PENGHULU YANG DIPAKAI OLEH MENDELIKO (DATUK ANDIKO) Merlung dan Tungkal Ulu

Komentar Masuk