Minggu, 27 Juli 2008

Tantangan Menghadapi budaya Era Modern


Tantangan Desa Merlung Menghadapi budaya Era Modern
Letak desa yang strategis dimana tepatnya dipersimpangan lintas timur membuat desa ini cepat berkembang ditambah lagi pendapat di daerah ini boleh dkatakan besar terutama pada sector perkebunan ( Sawit dan Karet ), tapi tidak hanya dampak positif yang timbul, dampak negative juga ikut timbul.
Apakah sanggup untuk tetap memertahankan budaya dan tradisi yang ada? patut kita pertanyakan. Dari merlung menuju kota jambi begitu dekat, desa merlung terletak di pinggir jalan lintas timur yang sudah tentu budaya modern begitu mudah masuk, desa Merlung yang merupakan ibu kota kecamatan pusat perekonomian yang tentu tidak hanya masyarakat sekitar yang datang ke desa Merlung ini, media elektronik seperti televisi, hp yang bukan lagi dianggap barang mewah. Kendaraan yang hilir mudik mempermudah keluar masuk desa ini. Dapat kita lihat adanya perubahan yang walaupun itu itu sikit tapi tampak. Lihat saja cara berpakaian remaja zaman sekarang yang kadang kala tak menghormat tradisi kita tradisi bagsa Indonesia pada umumnya, Tata krama yang mulai memudar. Tak hanya itu sudah mulai tampak seperti adat penikahan yang masyarakat lebih cenderung untuk tradisi ala modern.
Banggakah kita dengan budaya kita? Seharusnya jawabannya adalah ya, karena itulah indentitas kita. Budaya kita diajarkan nutuk bagaimana untuk bertata karma, bagaimana untuk tidak mengarah pada materialis. Bagaimana kita menghormati, menghargai orang lain, bukan untuk mengajarkan budaya pamer.
Ayolah pemuda, masyarakat desa merlung pada khususnya, Indonesia pada umumnya untuk dapat mencintai, menghargai budaya kita sendiri. Kita memang banyak tantangan di era modern ini untuk dapat mempertahankan buadaya asli kita. Tapi kita juga banyak cara untuk dapat mempertahankan budaya asli kita. Tak usah kita terapkan budaya pamer, materil tapi budayakanlah budaya sederhana. Kita boleh menerapkan budaya modern tapi kita harus bisa memfilternya.


Ternyata Kecamatan merlung Kaya Akan Budaya


Tak bisa dipungkiri kecamtan Merlung keadaam Merlung, separo desa yang ada di Merlung merupakan desa yang terbentuk dari transmgrasi yaitu seperti Lampisi,Tanjung Benanak, Bukit Harapan, Adi Purwa, Cinta Damai, Bukit Indah, Kemang Manis, Pinang Gading dan Intan Jaya. Dari semua desa tersebut hanya dibawah 5 % penduduk asli kecamatab Merlung, Penduduknya tidak hanya dating dari pulau Jawa yang nota bene pulau padat penduduk tapi juga ada yang dating seperti dari kerinci propinsi jambi sendiri, lampung, bengkulu, bahkan ada yang dari pulau bali. Pulau jawa saja sudah bermacam budaya apalagi ditambah daerah lain. Tampak jelas bukan hanya suku melayu yang ada di kecamatan Merlung yang merpakan suku asli kecamatan merlung. Walaupun masyarakat yang datangdari berbagai daerah untuk transmigrasi ataupun untuk bekerja tapi tidak melupakan budaya, adat, tradisi, kebiasaan mereka.


Perbedaan suku, ras budaya yang beragam tidaklah membuat daerah ini terpecah belah, perlu diketahui Kecamatan Merlung bisa berkembang karena adanya transmigrasi yang bermata pencaharian sebagai petani sawit dan ada sebagian dari kebun karet. Desa tranmigrasi yang mana telah datang atau terbentuk pada tahun 90 an telah membuat kecamatan merlung ini menjadi berkembang. Membuat kecamatan ini kaya akan budaya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Masuk